MAKALAH KEBUTUHAN MEDIKAL BEDAH III
“Pre dan Post Operasi Sistem Pendengaran”
Disusun oleh : 1. Angesti Cahyani
2. Dyah Ayu NS
3. Irfan Kurniawan
4. Muhamad Fiqri D
5. Rahmah Winianti
6. Sucia Nuraeny
Tingkat II A
Pembimbing : Dahlia Simanjuntak, SKM.,M.Kes
POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III
PRODI KEPERAWATAN KIMIA 17
TAHUN 2014
KATA PENGANTAR
puji syukur kita panjatkan kehadirat tuhan yang maha esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah Kebutuhan Medikal Bedah III berjudul ”Pre dan Post Operasi Sistem Pendengaran”. penyusunan makalah ini bertujuan untuk menyelesaikan tugas kami pada mata kuliah kebutuhan medikal bedah III dalam rangka pencapaian nilai yang maksimal.
dalam penulisan makalah ini kami bekerja secara kelompok dari pencarian bahan hingga pembuatan makalah. tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada :
- Ibu Dahlia Simanjuntak, SKM.,M.Kes selaku koordinator mata kuliah Kebutuhan Medikal Bedah III
- Orang tua yang turut membantu dan mendukung terselesaikannya makalah ini.
- Kelompok 2 yang telah bekerja sama dalam pembuatan makalah ini.
semoga karya ilmiah yang kami buat ini dapat membuat kita mencapai kehidupan yang lebih baik lagi. , oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. dan semoga sengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman.
Jakarta, 17 maret 2014
tim penulis
BAB I
PENDAHULUAN
- 1. Latar Belakang
Tindakan operasi adalah sebuah tindakan yang bagi sebagian besar klien adalah sesuatu yang menakutkan dan mengancam jiwa klien. Hal ini dimungkinkan karena belum adanya pengalaman dan dikarenakan juga adanya tindakan anestesi yang membuat klien tidak sadar dan membuat klien merasa terancam takut apabila tidak bisa bangun lagi dari efek anestesi. Tindakan operasi membutuhkan persiapan yang matang dan benar-benar teliti karena hal ini menyangkut berbagai organ, terutama jantung, paru, pernafasan. Untuk itu diperlukan perawatan yang komprehensif dan menyeluruh guna mempersiapkan tindakan operasi sampai dengan benar-benar aman dan tidak merugikan klien maupun petugas.
- 2. Tujuan Penulisan
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah agar mahasiswa dapat memahami dan mengetahui tentang Pre dan Post Operasi Sistem Pendengaran
- 3. Sistematika Penulisan
Makalah ilmiah ini terdiri dari empat bab yang disusun berdasarkan sistematika sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan,
dan sistematika penulisan.
BAB II : Tinjauan teoritis, yang terdiri dari pembahasan tentang “Pre dan Post Operasi Sistem Pendengaran”
BAB III : Penutup, yang terdiri dari kesimpulan
BAB II
TINJAUAN TEORI
- A. Definisi Sistem Pendengaran (Telinga)
- 1. Telinga Luar
Telinga luar terdiri atas aurikula atau pina (daun telinga) dan kanalis auditorius ekstermus, yang berakhir di membrantimpani atau gendang telinga. Membrane timpani membatasi telinga luar dari rongga timpani dan terdiri dari atas tiga bagian : parxs flaksida,bagian atas yang kecil parxs lensa , bagian yang bergetar dan lebih besar, dan annulus, yang melekatkan membrane ke kanalis eksternius.
- 2. Telinga Tengah
Telinga tengah, yang terletak di tulang temporalis, mengandung nukularb (tulang-tulang pendengeran), maleus inkus, dan stapes . saraf fasialis dan saraf korda timpani, , sebuah cabang dari safialis dan saraf korda timpani, sebuah cabang dari saraf safialis, juga berbeda di rongga ini. Sensasi didalam telingah tengah dihasilkan oleh saraf glosofaringeus (saraf kranialis IV) osikulus mengahantarkan getaran jendela oval, yaitu sebuah lubang yang menuju ke telinga dalam. Maleus (palu) menghubungkan gendang telinga ke inkus ; inkus (landasan) kontak dengan stapes (sangguardi). Kaki stapes berkontak dengan jendela oval. Telinga tengah dengan mastoid diperdarahi oleh cabang-cabang arteri karotis internus dan eksternus. Ronnga timpani berhubungan nasofaring melalui tuba eustakius.
- 3. Telinga Dalam
Telinga dalam, yang terletak dibagian petrosa tulang temporalis , berisi koklea dan labirin vestibules. Saluran-saluran atau struktur-struktur kecil ini mengandung perilimfe dan endolimfe. Perilimfe mengelilingi telinga dalam dan berfungsi sebagai bantalan protektif bagi reseptor end-organ. Perilimfe berhubungan dengan rongga subaraknoid dan cairan srebrospinalis melalui akuakduktus koklea. Endolimfe terdapat didalam system endolimfatik , membasahi dan member makan sel-sel sensorik.
- B. Pertimbangan Keperawatan dalam Pre Operasi Sistem Pendengaran
Dalam merencankan perawatan perioperatif untuk pasien yang menjani pembedahan telinga , keterbatasan pendengaran pasien perlu dinilai . Defisit pendengaran dapat menyebabkan peningkatan rasa cemas. Salah satu tujuan perawatan perioperatif adalah mengurangi rasa cemas pasien. Agar dapat berkomunikasi secara efektif dengan pasien , maka perawat perioperatif harus berbicara secara jelas dengan pasien dan memastikan bahwa pasien mendengar dan memahami komunikasi tersebut.
Lingkungan diruang opeerasi harus dijaga agar tenang dan bebas dari kebisingan yang dapat mengejutkan pasien. Apabila prosedur yang dijalankan dilakukan dengan anestesi local , maka pasien perlu diingatkan agar tetap diam dan jangan bergerak selama pembedahan. Adalah penting untuk mengidentifikasi setiap kelainan, msialnya nyeri punggung atau arthritis , yang dapat mengganggu kemampuan pasien berada dalam posisiyang ditentukan . Alat bantu pemberian posisi mungkin bermanfaat untuk menjaga kenyamanan pasien.
Dalam keperawatan sebelum dilakukan pre dan post operasi adapun langkah-langkah prosedurnya yaitu :
- Pemberian Posisi
Sebagian besar pasien diletakkan dalam posisi terlentang dorsal dengan telinga yang sakit diatas. Dibawah kepala pasien dapat diletakkan sebuah bantal busa kenyamanan dan mencegah tekanan pada daun telinga yang terletak dibwah. Apabila prosedur dilakukan dibawah anastesi local , maka kepala dapat diikat pada posisinya dengan plester 2 inci yang ditempelkan melalui dahi pasien dan dihubungkan ketempat tidur ruang operasi . Meja Mayo diletakkan diatas kepala pasien, dan duk diletakkan pada posisi tertentu agar pasien dapat melihat dan perawat dapat melihat pasien serta menenangkan pasien selama prosedur.
- Persiapan
Untuk insisi endomaetus dan stapesdektomi, ahli bedah mungkin meminta untuk mengambil rambut 2,5 cm diatas dan di depan telinga supaya pemasangan duk dan pembalut pascaoperatif menjadi lebih mudah. Untuk insisi pascaoperatif dan endaural , 5 cm rambut didepan , di atas dan dibelakang telinga harus digunting. Rambut lebih baik di gunting daripada dicukur, karena pencukuran dapat menimbulkan trauma pada kulit dan meningkatkan risiko infeksi. Pasien pria mungkin meminta seluruh rambut kepala dicukur agar tetap simetris . wanita mungkin dapat menutupi bagian yang dicukur dengan rambutnya yang lebih panjang.
Telinga dipersiapkan dengan membersihkan meatus menggunakan aplikator berujung kapas. Dianjurkan disekitar telinga dipasang duk plastic yang melekat sebelum [ersiapan pembedahan dan telinga dibersihkan engan handuk kering setelah persiapan selesai . daun telinga dibersihkan dengan larutan antimikroba topical selama beberapa saat setelah anjuran . kemudian dipasang duk berlubang plastic steril dengan daun telinga terlihat melalui lubang. Untuk prosedur yang memerlukan irigasi intensif , dapat dipasang kantong drainase untuk menampung cairan.
- Instrumentasi
Intrumentasi untukmpembedahan otologik mencakup forsep alligator , pisau, kuret, elevator periusteum, rongeur, dan instrument pembedahan mikro. Kuret tajam lebih disukai dibandingkan dengan kuret tumpul karena alat tersebut dapat memotong tanpamemerlukan banyak tekanan dan lebih efektif. Kuret besar memiliki risiko menimbulkan cedera dura dan saraf fasialis yang lebih kecil . banyak instrument sangat halus yang memerlukan penanganan dan perawatan yang khusus . setiap isntrumen harus diperiksa praoperatif untuk memastikan bahwa instrument tersebut bekerja dengan baik.
- Pembalutan
Setelah operasi , telinga pasien dapat diberi gulungan kapas longgar, kasa halus 4×4 untuk mempertahankan daun telinga pada posisi anatomis, dan balutan jeins kerlix untuk mempertahankan balitan ditempatnya.
- C. Prosedur Pembedahan Telinga Luar
Miringitomi Bilateral dengan Slang
Prosedur miringitomi bilateral dengan slang/saluran (bilateral myriotomy with tubes , BMT). Dilakukan dibawah anestesi umum dengan sedikit instrument dan sebuah mikroskop. Dibuat insisi dipars lensa membran timpani dan efusi disedot diikuti oleh pemasangan saluran-saluran timpanostomi berongga yang kecil.
Insisi di membrane timpani dapat dibuat di kuadran anteroinferior jika slang/saluran dibiarkan pada tempatnya untuk jangka waktu yang lama atau dikuadran psteroinferior jika waktunya singkat. (Glasscock & Shambaugh. 1990).
Prosedur
Langkah penting :
- tidak memerlukan persiapan kulit
- kepala dan mikroskop ditempatkan pada posisinya
- saluran telinga luar dibersihkan dengan kuret telinga
- membran timpani dinsisi dengan pisau miringotomi
- cairan disedot
- saluran timpanostomi dipasang dengan menggunakanfosep alligator
- saluran timpanostomi terpasang
- penyedotan selesai
- diberikan tetes telinga antibiotic
komplikasi pemasangan saluran timpanostomi ialah kolesteatoma dan otorea akut atau kronik. Mikroorganisme pseudomonas sering menjadi penyebab otorea kronik . setelah operasi , anak dapat segera kembali menjalankan aktivitasnya sehari-hari, dengan pemakaian sumbat telinga untuk aktivitas di air. Sekitar 20% anak yang menjalani BMT harus menjalani prosedur tersebut dua kali atau lebih (Schawrtz, 1987).
1. D. Prosedur Pembedahan Telinga Tengah
– Stapedektomi/ Stapedetomi
Pembedahan stapes telah berkembang dari stapedektomi total pada awalnya , menjadi stapedektomi parsial , kemudian menjadi stapedektomi fenestra kecil (small fenestra stapedectomy, SFS) atau stapedetomi (Conrad, 1990). Prosedur melibatkan pengangkatan lesi otosklerotik di kaki stapes dan pemasangan suatu implan untuk mempertahankan mekanisme penghantaran . Sebagian ahli otology menyelipkan sebuah vena atau tandur jaringan ikat diantara piston dan fenestra . sebagian besar ahli otology memotong tendon stapedius untuk , menghindari nekrosis lentikular , yang dapat menyebabkan prosthesis terlepas dari tempatnya .
Prosedur
Langkah penting :
- Instrumen di tempatkan di Meja Mayo diatas kepala
- Anastetik local, biasanya lidokain dengan epinefrin disuntikkan ke dalam empat kuadran kanalis untuk mengontrol perdarahan
- Kanalis dibersihkan, speculum dipasang , dan mikroskop dipasang.
Di antara piston dan fenestra. Sebagian besar ahli otology memotong tendon stapeditis untuk menghindari nekrosis kontikular, yang dapat menyebabkan prosthesis terlepas dari tempatnya.
Laser karbon dioksida dan laserkalium, titanil, fosfat, dapat digunakan untuk membuat lubang di kakai stapes untuk insersi prostesi. Laser dapat digunakan untuk meghilangkan jaringan ikat dan membuka jendela oval untuk revisi (Smalley, 1990). Laser KTF menghilangkan jaringan ikat dan menghasilkan focus yang tajam dan mengurangi kekhawatiran mengenai perlengketan yang berkaitan dengan pemakaian laser karbon dioksida. Agar berkas sinar tidak menembus struktur-struktur telinga dalam dan menimbulkan kerusakan sensorineural, amaka pemakaian alat laser ini harus berhati-hati. Apabila menggunakan laser karbon dioksida makan ukuran spot harus dikurangi sampai kurang dari 0,3 mm untuk mencegah tulang hangus dan berbentuk tepi yang bergerigi (smalley, 1990). Agar berhasil maka laser karbon dioksida harus koksial dan parfokal. Pda penggunaan lase, pengeluaran darah minimal. Pasien mungkin menyatakan adanya perbaikan pendengaran saat masih d ruang operasi. Seperti pada pemakaian laser lainnya, lapangan pemedahan harus di tutup dengan handuk basah, laser disiapkan dalam mode stand byjika tidak digunakan dan di meja alat harus selalu disediakan air steril untuk memadamkan api atau ledakan yang mungkin timbul.
Hasil-hasil yang tercatat antara lain adalah:
- Prosedur-prosedur vena dan polietilen: 73% memperlihatkan penutupan permanen celah udara-tulang, dan 5% masih mengalami perbaikan 6 sampai 11 tahun setelah perasi.
- Rekonstruksi piston melalui bagian posterior kaki stapes: 91% memperlihatkan penutupan dan 4% memeprlihatkan perbaikan 3 sampai 6 tahun pascaoperatif (Morrison, 1971). Sekitar 90% telinga yang dioperasi akan memperoleh kembali pengerannya secara permanen dan 1% akan secara permanen bertambah buruk (Conrad, 1990).
– Timpanoplasti
Perforasi membrane timpani yang menetap mungkin memerlukan penutupan secara pembedahan. perforasi kronik mungkin relative tidak meimnmbulkan nyeri namun menyebabkan timbulnya otorea yang berbau busuk. Perforasi sentral (jenis tumbotimpani) dapat diperbaiki dengan prosedur pembedaan sederhana. Perforasi marginal lebih sering memerlukan rekonstruksi pembedahan (timpanoplasti) membrane timapi. Perforasi di superior posterior pars tensa dan perforasi di pars flaksida (posisi lonteng) membrane timpani memiliki korelasi tinggi dengan pementukan kolesteatoma (Falcione,1990). Kolesteatoma terjadi aibat migrasi sel kulit dan telinga eksterna melalui perforasi di membrane timpani.
Terdapat lima jenis Timpanoplasti:
- Penutupan perforasi membrane timani dengan suatu tandur, seperti pada miringoplasti
- Penutupan perforasi dengan tandur, terutama otak dengan badan inkus
- Melekatkan tandur ke stapes jika tidak terdapat maleus dan inkus
- Invaginasi tandur ke dalam jendela oval jika semua tulang pendengaran tidak ada kecuali kaki stapes yang bergerak
- Invaginasi tandur ke dalam jendela oval seperti IV tetapi disertai adanya kaki stapes yang tidak dapat begerak
Pendekatkan dapat dilakukan melaui kanails telinga, belakang daun telinga, atau melalui keduanya. Ahli bedah mengatakan sisa-sisa membrane timpani. Bagian telinga tengah yang sakit kemudian diankat dengan picks, kuret, atau bor. Diperlukan irigasi untuk membersihkan kotoran dan mempertahankan agar lapangan operasi tetap bersih.
Tandur fasia temporalis, yang dapat diambil sebelum atau setelah prosedur pembedahan teliga, dapat dibiarkan atau mengering pada suatu permukaan dasar atau ditekan untuk mempermudah penangannaya. Ahli bedah akan memangkas tandur dan menempatkannya dengan pick atau forsep alligator. Tandur dapat dilekatkan di tempatnya dengan spons gelatinosa.
Dalam hal ini di sini perlu diperhatikan anestesi nitrosa oksida. Nitrosa oksid, yang 34 kalilebih mudah larut dibandingkan nitrogen, masuk ke rongga-rongga berisi udara misalnya telinga tengh lebih leih cepat dibandingkan udara yang keluar sehingga terjadi peningkatan tekanan telinga tengah. Dengan demikian, konsentrasi nitrosa oksida yang dihirup harus dibatasi sampai 50%, dengan penghentian inhalasi selama paling sedikit 5 menit sebelum tandur dipasang (Stoeliting & Miller, 1989)
– Mastoidektomi
Pada tahun 1873, Hermann schwartz menyusun indikasi dan teknik operasi mastoid sederhana (Glasscock & Shambaugh, 1990). Mastoidektomi adalah pengangkatan prosesus mastoideus secara pembedahan untuk menghilangkan tulang yang sakit. Pada mastoidektomi dapat dilakukan pengangakatan proseus matoideus secara pembedahan untuk menghilangkan tulang yang sakit. Paa mastoidektomi dapat dilakukan pengangkatan sebagian tulang penengaran dan dinding kanalis atau apabila diperlukan pengangkatan yang radikal, pengangkatan selutuh tulang pendengaran dan dinding kanalis.
- E. Rekonstruksi Rangkaian Tulang Pendengaran
Interupsi rangkaian tulang pendengaran paling sering terjadi akibat otitis media tetapi dapat juga terjadi akibat cedera kepala. Perbaikan mungkin memerlukan dua prosedur pembedahan; pertama, pengeluaran jaringan yang terinfeksi , dan kedua, rekonstruksi
Rekonstruksi rangkaian tulang pendengaran dapat disertai oleh prosthesis penggantian tulang pendengaran parsial (partial assicular replacement prosthesis, PROP) atau prosteus penggantian tulang pendengaran total (total assicular replacement prosthesis, TORP)
Pada PORP dilakukan penggantian maleus atau inkus yang sakit atau tererosi. TORP digunakan jika semua tulang pendengaran sakit atau tererosi.
BAB III
PENUTUP
- A. Kesimpulan
Tindakan operasi adalah sebuah tindakan yang bagi sebagian besar klien adalah sesuatu yang menakutkan dan mengancam jiwa klien. Hal ini dimungkinkan karena belum adanya pengalaman dan dikarenakan juga adanya tindakan anestesi yang membuat klien tidak sadar dan membuat klien merasa terancam takut apabila tidak bisa bangun lagi dari efek anestesi. Dalam merencankan perawatan perioperatif untuk pasien yang menjani pembedahan telinga , keterbatasan pendengaran pasien perlu dinilai . Defisit pendengaran dapat menyebabkan peningkatan rasa cemas. Salah satu tujuan perawatan perioperatif adalah mengurangi rasa cemas pasien. Agar dapat berkomunikasi secara efektif dengan pasien , maka perawat perioperatif harus berbicara secara jelas dengan pasien dan memastikan bahwa pasien mendengar dan memahami komunikasi tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
– Long, Barbara C. (1996). Perawatan Medikal Bedah. Volume I. (terjemahan).Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran. Bandung.
You must be logged in to post a comment.