Pre dan Post Operasi Sistem Pendengaran

MAKALAH KEBUTUHAN MEDIKAL BEDAH III

“Pre dan Post Operasi Sistem Pendengaran”

Disusun oleh :      1. Angesti Cahyani

                          2.  Dyah Ayu NS

                             3. Irfan Kurniawan

                               4. Muhamad Fiqri D

                              5. Rahmah Winianti

                          6. Sucia Nuraeny

Tingkat II A

                                  Pembimbing : Dahlia Simanjuntak, SKM.,M.Kes

POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III

PRODI KEPERAWATAN KIMIA 17

TAHUN 2014

KATA PENGANTAR

 

puji syukur kita panjatkan kehadirat tuhan yang maha esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah Kebutuhan Medikal Bedah III berjudul ”Pre dan Post Operasi Sistem Pendengaran”.  penyusunan makalah ini bertujuan untuk menyelesaikan tugas kami pada mata kuliah kebutuhan medikal bedah III dalam rangka pencapaian nilai yang maksimal.

dalam penulisan makalah ini kami bekerja secara kelompok dari pencarian bahan hingga pembuatan makalah. tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada :

  1. Ibu Dahlia Simanjuntak, SKM.,M.Kes selaku koordinator mata kuliah Kebutuhan Medikal Bedah III
  2. Orang tua yang turut membantu dan mendukung terselesaikannya makalah ini.
  3. Kelompok 2 yang telah bekerja sama dalam pembuatan makalah ini.

semoga karya ilmiah yang kami buat ini dapat membuat kita mencapai kehidupan yang lebih baik lagi. , oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. dan semoga sengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman.

Jakarta, 17 maret  2014

tim penulis

 

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

 

  1. 1.     Latar Belakang

 

Tindakan operasi adalah sebuah tindakan yang bagi sebagian besar klien adalah sesuatu yang menakutkan dan mengancam jiwa klien. Hal ini dimungkinkan karena belum adanya pengalaman dan dikarenakan juga adanya tindakan anestesi yang membuat klien tidak sadar dan membuat klien merasa terancam takut apabila tidak bisa bangun lagi dari efek anestesi. Tindakan operasi membutuhkan persiapan yang matang dan benar-benar teliti karena hal ini menyangkut berbagai organ, terutama jantung, paru, pernafasan. Untuk itu diperlukan perawatan yang komprehensif dan menyeluruh guna mempersiapkan tindakan operasi sampai dengan benar-benar aman dan tidak merugikan klien maupun petugas.

 

  1. 2.     Tujuan Penulisan

Tujuan dibuatnya makalah ini adalah agar mahasiswa dapat memahami dan mengetahui tentang Pre dan Post Operasi Sistem Pendengaran

  1. 3.     Sistematika Penulisan

Makalah ilmiah ini terdiri dari empat bab yang disusun berdasarkan sistematika sebagai berikut:

BAB I             :  Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan,

dan sistematika penulisan.

BAB II            : Tinjauan teoritis, yang terdiri dari pembahasan tentang “Pre dan Post                Operasi Sistem Pendengaran”

BAB III          :  Penutup, yang terdiri dari kesimpulan

 

 

BAB II

TINJAUAN TEORI

 

  1. A.    Definisi Sistem Pendengaran (Telinga)
  1. 1.      Telinga Luar

Telinga luar terdiri atas aurikula atau pina (daun telinga) dan kanalis auditorius  ekstermus, yang berakhir di membrantimpani atau gendang telinga. Membrane timpani membatasi telinga luar dari rongga timpani dan terdiri dari atas tiga bagian : parxs flaksida,bagian atas yang kecil parxs lensa , bagian yang bergetar dan lebih besar, dan annulus, yang melekatkan membrane ke kanalis eksternius.

  1. 2.      Telinga Tengah

Telinga tengah, yang terletak di tulang temporalis, mengandung nukularb (tulang-tulang pendengeran), maleus inkus, dan stapes . saraf fasialis dan saraf korda timpani, , sebuah cabang dari safialis dan saraf korda timpani, sebuah cabang dari saraf safialis, juga berbeda di rongga ini. Sensasi  didalam telingah tengah dihasilkan oleh saraf glosofaringeus (saraf kranialis IV) osikulus mengahantarkan getaran jendela oval, yaitu sebuah lubang  yang menuju ke telinga dalam. Maleus (palu) menghubungkan gendang telinga ke inkus ; inkus (landasan) kontak dengan stapes (sangguardi). Kaki stapes berkontak dengan jendela oval. Telinga tengah dengan mastoid diperdarahi oleh cabang-cabang  arteri karotis internus dan eksternus. Ronnga timpani berhubungan nasofaring melalui tuba eustakius.

  1. 3.      Telinga Dalam

Telinga dalam, yang terletak dibagian petrosa tulang temporalis , berisi koklea dan labirin vestibules. Saluran-saluran atau struktur-struktur kecil ini mengandung perilimfe dan endolimfe. Perilimfe mengelilingi telinga dalam dan berfungsi  sebagai bantalan protektif bagi reseptor end-organ. Perilimfe berhubungan dengan rongga subaraknoid  dan cairan srebrospinalis melalui akuakduktus koklea. Endolimfe terdapat didalam system endolimfatik , membasahi dan member makan sel-sel sensorik.

  1. B.     Pertimbangan Keperawatan dalam Pre Operasi Sistem Pendengaran

Dalam merencankan perawatan perioperatif untuk pasien yang menjani pembedahan telinga , keterbatasan pendengaran pasien perlu dinilai . Defisit pendengaran dapat menyebabkan peningkatan rasa cemas. Salah satu tujuan perawatan perioperatif adalah mengurangi rasa cemas pasien. Agar dapat berkomunikasi secara efektif dengan pasien , maka perawat perioperatif harus berbicara secara jelas dengan pasien dan memastikan bahwa pasien mendengar dan memahami komunikasi tersebut.

Lingkungan diruang opeerasi harus dijaga agar tenang dan bebas dari kebisingan yang dapat mengejutkan pasien. Apabila prosedur yang dijalankan dilakukan dengan anestesi local , maka pasien perlu diingatkan agar tetap diam dan jangan bergerak selama pembedahan. Adalah penting untuk mengidentifikasi setiap kelainan, msialnya nyeri punggung atau arthritis , yang dapat mengganggu kemampuan pasien berada dalam posisiyang ditentukan . Alat bantu pemberian posisi mungkin bermanfaat untuk menjaga kenyamanan pasien.

Dalam  keperawatan sebelum dilakukan pre  dan post operasi adapun langkah-langkah prosedurnya yaitu :

  1. Pemberian Posisi

Sebagian besar pasien diletakkan dalam posisi terlentang dorsal dengan telinga yang sakit diatas. Dibawah kepala pasien dapat diletakkan sebuah bantal busa kenyamanan dan mencegah tekanan pada daun telinga yang terletak dibwah. Apabila prosedur dilakukan dibawah anastesi local , maka kepala dapat diikat pada posisinya dengan plester 2 inci yang ditempelkan melalui dahi pasien dan dihubungkan ketempat tidur ruang operasi . Meja Mayo diletakkan diatas kepala pasien, dan duk diletakkan pada posisi tertentu agar pasien dapat melihat dan perawat dapat melihat pasien serta menenangkan pasien selama prosedur.

  1. Persiapan

Untuk insisi endomaetus dan stapesdektomi, ahli bedah mungkin meminta untuk mengambil rambut 2,5 cm diatas dan di depan telinga supaya pemasangan duk dan pembalut pascaoperatif menjadi lebih mudah. Untuk insisi pascaoperatif dan endaural , 5 cm rambut didepan , di atas dan dibelakang telinga harus digunting. Rambut lebih baik di gunting daripada dicukur, karena pencukuran dapat menimbulkan trauma pada kulit dan meningkatkan risiko infeksi. Pasien pria mungkin meminta seluruh rambut kepala dicukur agar tetap simetris . wanita mungkin dapat menutupi bagian yang dicukur dengan rambutnya yang lebih panjang.

Telinga dipersiapkan dengan membersihkan meatus menggunakan aplikator berujung kapas. Dianjurkan disekitar telinga dipasang duk plastic yang melekat sebelum [ersiapan pembedahan dan telinga dibersihkan engan handuk kering setelah persiapan selesai . daun telinga dibersihkan dengan larutan antimikroba topical selama beberapa saat setelah anjuran . kemudian dipasang duk berlubang plastic steril dengan daun telinga terlihat melalui lubang. Untuk prosedur yang memerlukan irigasi intensif , dapat dipasang kantong drainase untuk menampung cairan.

  1. Instrumentasi

Intrumentasi untukmpembedahan otologik mencakup forsep alligator , pisau, kuret, elevator periusteum, rongeur, dan instrument pembedahan mikro. Kuret tajam lebih disukai dibandingkan dengan kuret tumpul karena alat tersebut dapat memotong tanpamemerlukan banyak tekanan dan lebih efektif. Kuret besar memiliki risiko menimbulkan cedera dura dan saraf fasialis yang lebih kecil . banyak instrument sangat halus yang memerlukan penanganan dan perawatan yang khusus . setiap isntrumen  harus diperiksa praoperatif untuk memastikan bahwa instrument tersebut bekerja dengan baik.

  1. Pembalutan

Setelah operasi , telinga pasien dapat diberi gulungan kapas longgar, kasa halus 4×4 untuk mempertahankan daun telinga pada posisi anatomis, dan balutan jeins kerlix untuk mempertahankan balitan ditempatnya.

  1. C.    Prosedur Pembedahan Telinga Luar

Miringitomi Bilateral dengan Slang

Prosedur miringitomi bilateral dengan slang/saluran (bilateral myriotomy with tubes , BMT). Dilakukan dibawah anestesi umum dengan sedikit instrument dan sebuah mikroskop. Dibuat insisi dipars lensa membran timpani dan efusi disedot diikuti oleh pemasangan saluran-saluran timpanostomi berongga yang kecil.

Insisi di membrane timpani dapat dibuat di kuadran anteroinferior jika slang/saluran dibiarkan pada tempatnya untuk jangka waktu yang lama atau dikuadran psteroinferior jika waktunya singkat. (Glasscock  & Shambaugh. 1990).

Prosedur

Langkah penting :

  1. tidak memerlukan persiapan kulit
  2. kepala dan mikroskop ditempatkan pada posisinya
  3. saluran telinga luar dibersihkan dengan kuret telinga
  4. membran timpani dinsisi dengan pisau miringotomi
  5. cairan disedot
  6. saluran timpanostomi dipasang dengan menggunakanfosep alligator
  7. saluran timpanostomi terpasang
  8. penyedotan selesai
  9. diberikan tetes telinga antibiotic

komplikasi pemasangan saluran timpanostomi ialah kolesteatoma dan otorea akut atau kronik. Mikroorganisme pseudomonas sering menjadi penyebab otorea kronik . setelah operasi , anak dapat segera kembali menjalankan aktivitasnya sehari-hari, dengan pemakaian sumbat telinga untuk aktivitas di air. Sekitar 20% anak yang menjalani BMT harus menjalani prosedur tersebut dua kali atau lebih (Schawrtz, 1987).

1. D.    Prosedur Pembedahan Telinga Tengah

–          Stapedektomi/ Stapedetomi

Pembedahan stapes telah berkembang dari stapedektomi total pada awalnya , menjadi stapedektomi parsial , kemudian menjadi stapedektomi  fenestra kecil (small fenestra stapedectomy, SFS) atau stapedetomi (Conrad, 1990). Prosedur melibatkan pengangkatan lesi otosklerotik di kaki stapes dan pemasangan suatu implan untuk mempertahankan mekanisme penghantaran . Sebagian ahli otology menyelipkan sebuah vena atau tandur jaringan ikat diantara piston dan fenestra . sebagian besar ahli otology memotong tendon stapedius untuk , menghindari nekrosis lentikular , yang dapat menyebabkan prosthesis terlepas dari tempatnya .

Prosedur

Langkah penting :

  1. Instrumen di tempatkan di Meja Mayo diatas kepala
  2. Anastetik local, biasanya lidokain dengan epinefrin disuntikkan ke dalam empat kuadran kanalis untuk mengontrol perdarahan
  3. Kanalis dibersihkan, speculum dipasang , dan mikroskop dipasang.

Di antara piston dan fenestra. Sebagian besar ahli otology memotong tendon stapeditis untuk menghindari nekrosis kontikular, yang dapat menyebabkan prosthesis terlepas dari tempatnya.

Laser karbon dioksida dan laserkalium, titanil, fosfat, dapat digunakan untuk membuat lubang di kakai stapes untuk insersi prostesi. Laser dapat digunakan untuk meghilangkan jaringan ikat dan membuka jendela oval untuk revisi (Smalley, 1990). Laser KTF menghilangkan jaringan ikat dan menghasilkan focus yang tajam dan mengurangi kekhawatiran  mengenai perlengketan yang berkaitan dengan pemakaian laser karbon dioksida. Agar berkas sinar tidak menembus struktur-struktur telinga dalam dan menimbulkan kerusakan sensorineural, amaka pemakaian alat laser ini harus berhati-hati. Apabila menggunakan laser karbon dioksida makan ukuran spot harus dikurangi sampai kurang dari 0,3 mm untuk mencegah tulang hangus dan berbentuk tepi yang bergerigi (smalley, 1990). Agar berhasil maka laser karbon dioksida harus koksial dan parfokal. Pda penggunaan lase, pengeluaran darah minimal. Pasien mungkin menyatakan adanya perbaikan pendengaran saat masih d ruang operasi. Seperti pada pemakaian laser lainnya, lapangan pemedahan harus di tutup dengan handuk basah, laser disiapkan dalam mode stand byjika tidak digunakan dan di meja alat harus selalu disediakan air steril untuk memadamkan api atau ledakan yang mungkin timbul.

Hasil-hasil yang tercatat antara lain adalah:

  1. Prosedur-prosedur vena dan polietilen: 73% memperlihatkan penutupan permanen celah udara-tulang, dan 5% masih mengalami perbaikan 6 sampai 11 tahun setelah perasi.
  2. Rekonstruksi piston melalui bagian posterior kaki stapes: 91% memperlihatkan penutupan dan 4% memeprlihatkan perbaikan 3 sampai 6 tahun pascaoperatif (Morrison, 1971). Sekitar 90% telinga yang dioperasi akan memperoleh kembali pengerannya secara permanen dan 1% akan secara permanen bertambah buruk (Conrad, 1990).

–          Timpanoplasti

Perforasi membrane timpani yang menetap mungkin memerlukan penutupan secara pembedahan. perforasi kronik mungkin relative tidak meimnmbulkan nyeri namun menyebabkan timbulnya otorea yang berbau busuk. Perforasi sentral (jenis tumbotimpani) dapat diperbaiki dengan prosedur pembedaan sederhana. Perforasi marginal lebih sering memerlukan rekonstruksi pembedahan (timpanoplasti) membrane timapi. Perforasi di superior posterior pars tensa dan perforasi di pars flaksida (posisi lonteng) membrane timpani memiliki korelasi tinggi dengan pementukan kolesteatoma (Falcione,1990). Kolesteatoma terjadi aibat migrasi sel kulit dan telinga eksterna melalui perforasi di membrane timpani.

Terdapat lima jenis Timpanoplasti:

  1. Penutupan perforasi membrane timani dengan suatu tandur, seperti pada miringoplasti
  2. Penutupan perforasi dengan tandur, terutama otak dengan badan inkus
  3. Melekatkan tandur ke stapes jika tidak terdapat maleus dan inkus
  4. Invaginasi tandur ke dalam jendela oval jika semua tulang pendengaran tidak ada kecuali kaki stapes yang bergerak
  5. Invaginasi tandur ke dalam jendela oval seperti IV tetapi disertai adanya kaki stapes yang tidak dapat begerak

Pendekatkan dapat dilakukan melaui kanails telinga, belakang daun telinga, atau melalui keduanya. Ahli bedah mengatakan sisa-sisa membrane timpani. Bagian telinga tengah yang sakit kemudian diankat dengan picks, kuret, atau bor. Diperlukan irigasi untuk membersihkan kotoran dan mempertahankan agar lapangan operasi tetap bersih.

Tandur fasia temporalis, yang dapat diambil sebelum atau setelah prosedur pembedahan teliga, dapat dibiarkan atau mengering pada suatu permukaan dasar atau ditekan untuk mempermudah penangannaya. Ahli bedah akan memangkas tandur dan menempatkannya dengan pick atau forsep alligator. Tandur dapat dilekatkan di tempatnya dengan spons gelatinosa.

Dalam hal ini di sini perlu diperhatikan anestesi nitrosa oksida. Nitrosa oksid, yang 34 kalilebih mudah larut dibandingkan nitrogen, masuk ke rongga-rongga berisi udara misalnya telinga tengh lebih leih cepat dibandingkan udara yang keluar sehingga terjadi peningkatan tekanan telinga tengah. Dengan demikian, konsentrasi nitrosa oksida yang dihirup harus dibatasi sampai 50%, dengan penghentian inhalasi selama paling sedikit 5 menit sebelum tandur dipasang (Stoeliting & Miller, 1989)

–          Mastoidektomi

Pada tahun 1873, Hermann schwartz menyusun indikasi  dan teknik operasi mastoid sederhana (Glasscock & Shambaugh, 1990). Mastoidektomi adalah pengangkatan prosesus mastoideus secara pembedahan untuk menghilangkan tulang yang sakit. Pada mastoidektomi dapat dilakukan pengangakatan proseus matoideus secara pembedahan untuk menghilangkan tulang yang sakit. Paa mastoidektomi dapat dilakukan pengangkatan sebagian tulang penengaran dan dinding kanalis atau apabila diperlukan pengangkatan yang radikal, pengangkatan selutuh tulang pendengaran dan dinding kanalis.

  1. E.     Rekonstruksi Rangkaian Tulang Pendengaran

Interupsi rangkaian tulang pendengaran paling sering terjadi akibat otitis media tetapi dapat juga terjadi akibat cedera kepala. Perbaikan mungkin memerlukan dua prosedur pembedahan; pertama, pengeluaran jaringan yang terinfeksi , dan kedua, rekonstruksi

Rekonstruksi rangkaian tulang pendengaran dapat disertai oleh prosthesis penggantian tulang pendengaran parsial (partial assicular replacement prosthesis, PROP) atau prosteus penggantian tulang pendengaran total (total assicular replacement prosthesis, TORP)

Pada PORP dilakukan penggantian maleus atau inkus yang sakit atau tererosi. TORP digunakan jika semua tulang pendengaran sakit atau tererosi.

 

BAB III

PENUTUP

 

  1. A.    Kesimpulan

Tindakan operasi adalah sebuah tindakan yang bagi sebagian besar klien adalah sesuatu yang menakutkan dan mengancam jiwa klien. Hal ini dimungkinkan karena belum adanya pengalaman dan dikarenakan juga adanya tindakan anestesi yang membuat klien tidak sadar dan membuat klien merasa terancam takut apabila tidak bisa bangun lagi dari efek anestesi. Dalam merencankan perawatan perioperatif untuk pasien yang menjani pembedahan telinga , keterbatasan pendengaran pasien perlu dinilai . Defisit pendengaran dapat menyebabkan peningkatan rasa cemas. Salah satu tujuan perawatan perioperatif adalah mengurangi rasa cemas pasien. Agar dapat berkomunikasi secara efektif dengan pasien , maka perawat perioperatif harus berbicara secara jelas dengan pasien dan memastikan bahwa pasien mendengar dan memahami komunikasi tersebut.

 

 

DAFTAR PUSTAKA

–          Long, Barbara C. (1996). Perawatan Medikal Bedah. Volume I. (terjemahan).Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran. Bandung.

Kasus II (STROKE)

Kasus II

tn. G berusia 69 tahun , saat berkebun pasien mengalami pusing hebat dan tiba tiba terjatuh, bicara pelo, badan sebelah kanan mengalami kesemutaan dan baal, berangsur angsur ekstrimitas dekstra mengalami parase dan penurunan kesadaran . 24 jam kemudian pasien dibawa ke RS , saat dilakukan pemriksaan di temukan data : tingkat kesadaran somnolen, GCS E2M5Vafasia, tekanan darah 190/110 mmHg, nadi 72x/menit, frekuensi pernafasan : 32 x/menit suhu : 39c, pernafasan snoring, sputum +, status neurologis; pupil anisokordiameter pupil 7/3, reflek terhadap cahaya langsung↓/+, cahaya tidak langsung ↓/+.reflek biologis +++/++, reflek babinski +/-, pada riwayat penyakit Tn.G memiliki riwayat hipertensi sudah 3 tahun lalu dan control kadang-kadang, kebiasaan merokok saat masih sehat positif, disamping itu Tn. G terdapat riwayat Diabetus militus sejak 5 tahun lalu.

Hasil pemeriksaan Penunjang CT Scan disimpulkan bahwa ada perdarahan didaerah cerebral bagian temporal parietal, laboratorium stroke belum dilakukan.

Sesuai gambaran kasus diatas, diskusikan dalam kelompok dan hasil diskusi ditulis dalam satu dokumentasi yang lengakp :

  1. Apa yang dimaksud dengan stroke dan apa penyebabnya ? jelaskan
  2. Selanjutnya jelaskan factor-faktor yang menyebabkan stroke pada Tn. G
  3. Jelaskan data tambahan apa saja yang harus dikaji oleh perawat bila mendapatkan kasus diatas, dokumentasikan dalam bentuk data fokus?
  4. Jelaskan apa yang dimaksud dengan laboratorium stroke dan jelaskan hasil pemeriksaan apa saja yang mungkin ditemukan.
  5. Tentukan 3 diagnosa keperawatan sesuai kasus yang terjadi pada Tn. G
  6. Buat rencana tindakan keperawatan beserta rasional dari ketiga diagnose tersebut.
  7. Bila Tn. G mengalami kelumpuhan tindakan apa saja yang harus dilakukan oleh perawat dalam mengatasi masalah tersebut.
  1. Apa yang dimaksud dengan stroke dan apa penyebabnya ? jelaskan

–  Stroke adalah gangguan sirkulasi serebral merupakan gangguan neurologic vocal yang dapat timbul sekunder dari suatu proses patologi pada pembuluh darah serebral, misalnya thrombosis, embolus, ruktura dinding pembuluh atau penyakit vaskuler dasar, misalnya : aterosklerosis, arteritis, trauma, aneurisme, dan kelainan perkembangan.

–  Penyebab utama stroke diurutkan dari yang paling penting adalah aterosklerosis (TROMBOSIS) embolisme, hipertensi yang menimbulkan pendarahan intra serebral dan rupture aneourisme sakular. Stroke biasanya disertai satu atau beberapa penyakit seperti hipertensi, penyakit jantung, peningkatan lemak dalam darah diabetes mellitus atau penyakit vaskuler perifer.

Selanjutnya jelaskan faktro-faktor yang menyebabkan stroke pada Tn. G?

–  Hipertensi :

mempercepat pengerasan dinding pembuluh darah arteri dan mengakibatkan penghancuran lemak pada sel otor polos sehingga mempercepat proses aterosklerosis. Hipertensi berperan dalam proses aterosklerosis melalui efek penekanan pada endotel atau lapisan dalam dinding ateri yang berakibat penumpukan plak pembuluh darah semakin cepat. Seseorang dikatakan hipertensi bila tekanan darah 140/90 mmhg atau lebih.

–  Merokok :

  • orang yang merokok sebenarnya membuka dirinya terhadap resiko jantung dan stroke serta penyakit lainnya. Bagi perokok diperlukan waktu yang lama yaitu sekitar setahun untuk mengurahi resiko secara optimal setelah berhenti merekok.

Peran rokok pada proses aterosklerosis adalah :

  • Meningkatkan kecenderungan sel-sel darah menggumpal pada dinding arteri ini meningkatkan resiko pembentukan plak
  • Merokok menurunkan jumlah HDL dan menurunkan kemampuan HDL dalam menyingkirkan kolesterol HDL yang berlebihan.
  • Merokok meningkatkan oksidasi lemah yang berberan pada perkembangan aterosklerosis .

merokok mengurangi kemampuan seseorang dalam menanggulangi stress karean zat kimia dalam rokok terutama karbon monoksida akan mengikatb oksigen dalam darah sehingga oksigen dalam darah berkurang. Efek buruk dari rokok banyak sekali seperti : kanker terutama paru-paru, factor resiko utama penyakit jantung dan stroke, mengurangin warna kulit dan sebagainya.

–  Diabetes mellitus :

Penderita diabetes peningkatan kadar lemak darah sangat men ingkatkan resiko penyakit jantung dan stroke. Diabetes mempercepat terjadinya aterosklerosis baik pada pembuluh darah kecil (mikroangiopati) maupun pembuluh darah besar (makroangiopati)diseluruh pembuluh darah termasuk pembuluh darah otak dan jantung. Kadarh glokosa darah yang tinggi pada stroke akan memperbesar meluasnya area infark (sel mati) karena terbentuknya asam laktat akibat metabolism glukosa yang dilakukan secara anaerob (oksigen sedikit) yang merusak jaringan otak.peningkatan resiko stroke pada pasien diabetes diduga karena hiperinsulinemia, peningkatan kadar trigliserida total , kolesterol HDL turun , hipertensi dan gangguan toleransi glukosa, serta berkurangnya fungsi vasodilatasi arterio serebral. Tujuan control gula darah pada tipe 1 diabetes adalah : gula darah puasa 91-120 mg/dl, postrandial 136-160 mg/dl, Hb A1C 6,2-7,5% dan menghindara hipoglikemia yang serius. Pada diabetes tipe 2 tujuan kontrol gula darah lebih rendah.

Jelaskan data tambahan apa saja yang harus dikaji oleh perawat bila mendapatkan kasus diatas , dokumentasikan dalam bentuk data fokus?

–          Gangguan menelan : sulit menelan, minum tersendak

–          Sulit memikirkan atau mengucapkan kata-kata yang tepat

–          Tidak mampu membaca dan menulis, menghitung

–          Tidak mampu mengenali atau merasakan bagian tubuhnya

–          Hilang kendali terhadap kandung kemih

–          Menjadi pelupa

Jelaskan apa yang dimaksud dengan laboratorium stroke dan jelaskan hasil pemeriksaan apa saja yang mungkin ditemukan/

–          Hemoglobin nilai normal : 13-18 gr/dL

–          Hematokrit nilai normal : 40-52%

–          Eritrosit nilai normal : 4,5-6,5 juta/ uL

–          Leukosit nilai normal : 5-10 ribu/mm3

–          Trombosit nilai normal : 150-440 ribu/m3

–          LED nilai normal :  pria- 0-15 mm/jam, wanita 0-20 mm/jam

–          Gula darah sewaktu nilai normal

–          Glukosa puasa nilai normal : 70-110 mg/dL

–          GDPP nilai normal : < 140 mg/dL/2 jam

–          Kolesterol total nilai normal : < 200 mg/dL

–          HDL

–          LDL

–          Trigliserida nilai normal : 20-150 mg/dL

–          Urea

–          Protein darah nilai normal : 6-8 gr/dL

–          Asam urat niali normal : pria 3,5-8 mg.dL, wanita 2,8-6,8 mg/dL

–          Kreatinin niali normal : 0.5 mg/dL

–          Fungsi hati

Tentukan 3 diagnosa keperawatan sesuai kasus terjadi pada Tn. G

    1. Gangguan perfusi jaringan b/d perubahan instruksi aliran darah terhdap perubahan dalam respon sensorik dan motorik
    2. Gangguan mobilitas fisik b/d keterlibatan neuromuskuler sekunder terhadap ketidakmampuan bergerak dengan tujuan dalam lingkungan fisik
    3. Gangguan komunikasi verbal b/d kerusakan neuromuskuler sekunder terhadap ketidakmampuan berbicara atau mengulang kata-kata
  1. Buat rencana tindakan keperawatan beserta rasional dari ketiga diagnose tersebut

–          DX 1

  1. Pantau atau catat status neurplogis sesering mungkin dan bandingkan dengan keadaan normalnya

Rasional : mengetahui kecenderungan tingkat kesadaran potensial peningkatan TIK dan mengetahui lokasi, luas, dan kemajuan/ resolusi kerusakan SSP. Dapat menunjukkan TIA yang merupakan tanda gejala thrombosis cvs baru

  1. Pantau tanda-tanda vital

Rasional: variasi mungkin terjadi oleh karena tekanan atau trauma serebral pada daerah vasomotorik otak

–          DX 2

  1. Ubah posisi minimal 2 jam sekali

Rasional : menurunkan resiko terjadinya trauma atau iskema jaringan atau dekubitus

  1. Melakukan latihan ROM pasif /aktif

–          DX 3

  1. Kaji tipe atau derajat disfungsi, seperti pasien tidak tampak memahami kesulitan berbicara

Rasional : membantu menentukan daera dan derajat kerusakan yag terjadi

  1. Mintalah pasien untuk mengikuti perintah sederhana perawat

Rasional : melakukan penilaian terhadap adanya kerusakan sensorik

Bila Tn. G mengalami kelumpuhan yindakan apa saja yang harus dilakukan oleh perawat dalam mengatasi masalah tersebut .

    1. Fase dala kehidupan sehari-hari control TTV , guna darah, diit
    2. Atur posisi berbaring, miring kanan-miring kiri, kepala di tinggikan 30O
    3. Duduk atau atur posisi duduk
    4. Terapi
    5. Psikoterapi

ASUHAN KEPERAWATAN HEMODIALISA

A. DEFINISI

Hemodialisa adalah Menggerakkan cairan dari partikel-pertikel lewat membran semi permiabel yang mempunyai pengobatan yang bisa membantu mengembalikan keseimbangan cairan dan elektrolit yang normal, mengendalikan asam dan basa, dan membuang zat-zat toksis dari tubuh. ( Long, C.B. : 381).

Hemodialise adalah pergerakan larutan dan air dari darah pasien melewati membran semi permeable ( alat dialysis) ke dalam dialisat. ( Tisher, C. C, dkk .1997)Hemodialisa adalah difusi pertikel larut dari satu kempartemen cairan ke kompatemen lain melewatai membran semi permeabel ( Hudak, M. C. 1996 : 39).

Dialisa adalah suatu proses pembuangan zat terlarut dan cairan dari darah melewati membran semipermiabel, berdasarkan prinsip difusi osmosis dan aultrafiltrasi( engram, B. 1998 : 164).

Hemodialisa adalah lintasan darah melalui sel;ang dari luar tubuh ke ginjal buatandimana pembuangan kelebihan zat terlarut can cairan terjadi ( Engram. B. 1998 : 164)

B. ETIOLOGI

Hemodialisa dilakukan kerena pasien menderita gagal ginjal akut dan kronik akibatdari : azotemia, simtomatis berupa enselfalopati, perikarditis, uremia, hiperkalemia berat, kelebihan cairan yang tidak responsive dengan diuretic, asidosis yang tidak bisadiatasi, batu ginjal, dan sindrom hepatorenal.

C. PATOFISIOLOGI

Terjadi gagal ginjal, ginjal tidak bisa melaksanakan fungsinya faktor-faktor yang harus dipertimbangkan sebelum melaui hemodialisis pada pasien gagal ginjal kronik terdiri dari keadaan penyakit penyerta dan kebiasaan pasien.Waktu untuk terapi ditentukan oleh kadar kimia serum dan gejala-gejala. Hemodialisis biasanya dimulai ketika bersihan kreatin menurun dibawah 10 ml/mnt,yang biasanya sebanding dengan kadar kreatinin serum 8-10 mge/dL namun demikian yang lebih penting dari nilai labolatorium absolute adalah terdapatnya gejala-gejala uremia.  

 D. TERAPI DIALISIS

  1. Sebagai ginjal buatan dan pada prinsipnya adalah meningkatkan pgendealianoleh model kinetik urea.
  2. Membuang produk metabolisme protein seperti urea, kreatin, dan asam urat.
  3. Membuang kelebihan air dengan mempengaruhi tekanan bending antara darah dan bagian cairan, biasanya terdiri atas tekanan positif dalam arus darah dan tekanan negatif ( penghisap ) dalam kompartemen dialisat ( ultrafiltrasi ).
  4. Mempertahankan / mengembalikan sytem buffer tubuh.

E. PROSEDUR DIALISA

Alat-alat dialisis dibuat serabut berlekuk-lekuk dan piringan paralel. Kompsisinya terdiri 10.000 serabut berdiameter kecil dimana darah bersirkulasi melaui serabutserabut tersebut.Piringan paralel terdiri dari lempengan-lempengan membran, disusun secara paralelyang membentuk kompartemen untuk darah dan dialisat.Bahan yang digunakan : Kuprotan, selulosa asetat, dan beberapa kopolimer sintesis berlubang-lubang kecil ( poliakrilonitril), polimetil-mettakrilat dan polisulfon, Piranti keras yang digunakan pada kebanyakan system sialysis meliputi :

  • Pompa darah
  • Pompa infus untuk pemberian heparin
  • Alat monitor untuk pendeteksi suhu tubuh, bila terjadi ketdakamanan,konsentrasi dialisa,
  •  perubahan tekanan , udara, dan bocoran darah.- System dialisis terbaru terdiri aras unit tunggal yang mencagkup alat pelepasandialisat dan komponen untuk memonitor darah.

F. PROSEDUR PEMASANGAN

Tingkat kompleksitas masalah-masalah yang timbul selama hemodialisa akan beragam diantara pasien-pasien, yang meliputi tahap penyakit, masalah-masalah lain, keseimbangan cairan dan elektrolit, nilai-nilai laboratorium, remuan klinis lain,respon terhadap tindakan dialysis sebelumnya, status emosional dan observasi.

Prosedur

Setelah pengkajian pra dialysis, mengembangkan tujuan dan memeriksa keamanan perlatan, perawat sudah siap untuk memulai hemodialisis. Akses ke system sirkulasidi capai melalui satu beberapa pilihan-pilihan fitsula atau tandur arteriovenosa (AV) atau kateter hemodialisis dua lumen. Dua jarum berlubang besar ( diameter 15/16 ) dibutuhkan untuk mengkanulasi fitsula atau tandur AV. Kateter dua lumen yang di pasang baik pada vena subklavia, jugularis interna atau femoralis, harus di buka dalam kondisi aseptic sesuai dengan kebijakan institusi.Jika akses vesculae telah di tetapkan, darah mulai mengalir di bantu oleh pompa darah

Bagian sirkuit disposibel sebelum dialiser diperuntukkan sebagai aliran “arterial” keduanya untuk membedakan darah yang masuk ke dalamnya sebagai darah yang belum mencapai dialiser dan dalam acuan untuk meletakkan jarum arterialdi letakan paling dekat dengan anastomis AV pada fitsula atau tandur untuk memaksimalkan aliran darah. Kantong cairan normal salin yang diklep selalu dihubungkan ke sirkuit tepat sebelum pompa darah. Pada kejadian hipotensi, darah yang mengalir dan pasien dapat di klem sementara cairan normal salin yang diklem di buka dan memungkinkan dengan cepat menginfus untuk memperbaiki tekanan darah.

Transfusi darah dan plasma ekspander juga dapat di sambungkan ke sirkuit pada keadaan ini dan di biarkan untuk menetes, dibantu dengan pompa darah tergantung perlalatan yang digunakan.

  1. Di liser adalah komponen paling penting selanjutnya dari sirkuti. Darah mengalir kedalam kempartemen darah dari dialiser, tempat terjadinya pertukaran cairan dansisa. Darah yang meninggalkan dialiser melewati detektor udara dan foam yangmengklem dan menghentikan pompa darah bila terdeteksi adanya udara padakondisi seperti ini setiap obat-obat yang akan di berikan pada dialysis diberikanmelaui port obat-obatan. Penting untuk di ingat bagaimanapun bahwa kebanyakan obat-obat ditunda pemberiannya sampai dialsys selesai kecuali memang di perintahkan lain.
  2. Darah yang telah melewati dialysis kembali ke pasien melalui “venosa” atau selang posdialiser. Setelah waktu tindakan yang di resepkan, dialysis diakhiridengan mengklem darah dari pasien, membuka selang cairan normal salin, dan membilas sirkuit untuk mengembalikan darah pasien. Selang dan dialiser dibuangkedalam perangkat akut, meskipun program dialysis kronik sering membeli perlatan untuk membersihkan dan menggunakan ulang dialiser.Tindakan kewaspadaan umum harus dikuti teliti sepanjang tindakan dialisis karena pemanjanan terhadap darah. Masker pelindung wajah dan sarung tangan wajib untuk digunakan oleh perawat yang melakukan hemodialisis.

G. KOMPOSISI DIALISAT

Konsentrasi glukosa standar dari dialisat adalah 200 mg/dl. Komsentrasi natrium dan kalsium diresepkan pada situasi klinis tertentu. Irigasi rendah kalsium dapat digunakan pada terapi hiperkalasemia akut dan kronik. Dapar basa dialisat dapat berupa asetat ataupun bikarbonat. Pada keadaan tidak  bekerjanya fungsi hati, asetat diubah mol menjadi bikarbonat. asetat dapat menyebabkan hipotensi, depresi miokardium, nausea, muntah dan sakit kepala. Dialisis bikarbonat walaupun lebih mahal biasanya dapat mencegah gejala – gejala tersebut. Tindakan ini merupakan terapi pilihan pada pasien dengan gangguan pernafasan, ketidakstabilan hemodinamika, penyakit hati dan asidosis metabolic berat,dan pada pasien yang menjalani dialisis aliran cepat.hemodialisa mencakup shunting / penglihatan arus darah dari tubuh pasien kedialisator dimana terjadi difusi dan ultrafiltrasi dan kembali ke sirkulasi pasien.Sekarang ada 4 cara utama agar masuk ke aliran darah pasien ini terdiri dari:

  1. Fistula aeteriola vena
  2. Eksternal arteriovenus shunt arus arteriovena eksternal.
  3. Kateterisasi vena femoral
  4. Kateterisasi vena subklavia

 H. PROSEDUR DIALISIS PERITONEAL

  1. Siapkan pasien untuk pemasangan kateter dan prosedur dialisis dengan memberikan penjelasan tentang prosedur secara menyeluruh, formulir ijin tindakan di tandatangani sesuai kebijakan rumah sakit.
  2. Kandung kemih harus dikosongkan tepat sebelum prosedur untuk menghindari kecelakaan tusukan trokar.
  3. Pasien dapat menerima obat pra operasi untuk meningkatkan relaksasi selama tidur.
  4. Cairan pendialisis dihangatkan sampai suhu tubuh atau sedikit hangat,menggunakan alat yang dibuat khusus umtuk tujuan ini tidak dianjur kanmenghangatkan dilisis peritonial dalam oven gelombang mikro karena penghangatan cairan ridak sama dan inkonsistensi dari satu oven gelombang.
  5. TTV dasar seperti suhu, nadi, pernafasan dan berat badan dicatat. Sebuah tempat tidur berskala sangat ideal untuk mementau berat badan pesien dengan sering dan karenanya haus digunakan bila memungkinkan. Memindahkan pasien letargiatau disorientasi pada temapt tidur berskala akan menimbulakan masalah seperti perubahan lrtak kateter.
  6. Dilakukan pengkajian fisik abdomen atau trauma sebelum pemasangan kateter.
  7. Instruksi khusus tentang pembuangan cairan, penggantian dan pemberian obat harus ditulis dokter sebelum prosedur.

I. TEKNIK

  1. Dengan kondisi steril, insisi kecil garis median dibuat dibawah umbilikus.
  2. Trokar dimasukkan melalui insisi kedalam rongga peritonial, obturator dilepaskan kateter dilepaskan.
  3. Cairan dialisis mengalir kedalam rongga abdomen melalui gaya gravitasi secepat mungkin ( 5 – 10 menit ) bila mengalirnya terlalu lambat mungkin perlu dikateterisasi.
  4. Saat larutan di infuskan selang diklem, dan larutan dibiarkan dalam rongga abdomen selama 30 – 45 menit
  5. Botol larutan / kantong diletakkan dibawah rongga abdomen, dan dialirkan keluar rongga abdomen oleh gaya gravitasi.
  6. Bila sistemnya paten dan letak kateternya baik larutan akan mengalir keluar dengan baik dan mengalir kuat, drainase harus berlangsung lebih daei 20 menit.
  7. Siklus ini diulang secara kontinyu selama waktu yang telah ditentukan yang bervariasi dari 12 – 36, tergantung pada tujuan pengobatan kondisi pasien dan ketetapan fungsi sistem.
  8. Harus digunakan sarung tangan selama menanganinya.

J. KOMPLIKASI

Komplikasi teknis

  1. Pemulihan cairan tidak sempurna.

Cairan yang keluar harus berbanding /lebih banyak dari gairan yang dimasukkan kemasan preparat dialysis komersial berisi 1000 – 2000 lm cairan bila setelah beberapa kali pertukaran volume yang dikeluarkan kurang ( sampai 500 ml lebih )dari jumlah yang dimasukkan,harus evaluasi tanda – tanda retensi cairan meliputi distensi abdomen / keluhan begah. Indikasi yang paling akurat tentang jumlah cairan yang terkumpul kembali adalah berat badan,bila cairan keluar dengan lambat,ujung kateter mungkin terbenam dalam omentum / tersumbat fibrin.

  1. Kebocoran disekitar kateter.

Kebocoran superficial setelah operasi dapat dikontrol dengan penjahitan ekstradan mengurangi jumlah dialisat yang dimasukkan dalam peritoneal.Peningkatan tekanan intra abdomen juga menyebabkan kebocoran dialisat,oleh karena ituharus dihindari terjadinya muntah kontinyu, batuk, dan gerakan selama periodeawal pasca operasi.

1. Cairan peritoneal bersemu darah.

Warna ini ditemukan pada awal aliran keluar tetapi harus bersih setelah beberapa waktu.Perdarahan banyak setiap waktu merupakan indikasi masalah yang serius dan harus diselidiki dengan cepat.

Komplikasi fisiologis

  1. Hipotensi
  2. Kram otot
  3. Sindrom ketidak seimbangan dialysis
  4. Hipoksemia
  5. Aritmia
  6. Perdarahan
  7. Nyeri

K. Pengkajian

  1. Sebelum dialisa.

a)      Tinjau kembali catatan medis untuk menentukan alasan perawatan dirumah sakit.

  • Ketidakpatuhan terhadap rencana tindakan.
  • Fistula tersumbat bekuan.
  • Pembuatan fistula.

b)      Menanyakan tipe diet yang digunakan dirumah,jumlah cairan yang diijinkan, obat – obatan yang saat ini digunakan, jadwal hemodialisa, jumlahhaluaran urin.

c)      Kaji kepatenan fistula bila ada. Bilapaten, getaran ( pulsasi ) akan terasa desiran akan terdengar dengan stetoskop di atas sisi. Tak adanya pulsasi dan bunyi desiran menandakan fistula tersumbat.d.Kaji terhadap manifestasi klinis dan laboratorium tentang kebutuhan tentang dialisa :

  • Peningkatan berat badan 3 pon / lebih diatas berat badan pada tindakan dialisa terakhir.
  • Rales, pernafasan cepat pada saat istirahat,peningkatan sesak nafas dengan kerja fisik maksimal.
  • Kelelahan dan kelemahan menetap.
  • Hipertensi berat
  • Peningkatan kreatinin, BUN, dan elektrolit khususnya kalium.
  • Kemungkinan perubahan EKG pada adanya hiperkalemia.

 

  1. Sesudah dialisa

Kaji terhadap hipotensi dan perdarahan. Volume besar dari pembuangan cairan selama dialisa dapat mengakibatkan hipotensi ortostatik dengan menggunakan anti koagulan selama tindakan menempatkan pasien pada resiko perdarahan dari sisi akses dan terhadap perdarahan internal.

L. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI

1)      Kekurangan volume cairan b.d efek ultrafiltrasi selama dialysis :

a)      Kaji TTV : BB, masukan dan haluaran pradialisis.

b)      Kaji derajat penumbunan cairan dalam jaringan pradialisis.

c)      Tentukan ketepatan derajat dan ketepatan ultrafiltrasi untuk tindakan.

d)     Berikan cairan pengganti sesuai instruksi dan indikasi.

e)      Periksa kadar kalsium, natrium, kalium, CO2 pradialisis.

 

2)      Kurang pengetahuan b.d penyakit dan kebutuhan untuk dialysis :

a)      Kaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga tentang fungsi ginjal dan alasan dialysis.

b)      Kaji kesiapan untuk belajar.

c)      Berikan informasi yang sesuai untuk kesiapan dan kemampuan belajar termasuk alasan pasien kehilangan fungsi ginjal: tanda dan gejala yang b.d kehilangan fungsi ginjal.

d)     Berikan dorongan untuk mengungkapkan perasaan takut dan ansietas.

 

3)      Ketidakberdayaan b.d perasaan kurang kontrol,ketergantungan pada dialysis, sifat kronis penyakit.

a)      Mendiskusikan perasaan pasien,meyakinkan bahwa perasaan tersebutnormal.

b)      Beri dukungan pasien dan keluarga.

c)      Bantu pasien untuk tetap terorientasi terhadap realitas,untuk tetap optimis bahwa fungsi ginjal akan pulih normal bila keadaannya memungkinkan.

 

4)      Resiko tinggi untuk cidera b,d akses vascular dan komplikasi sekunder terhadap penusukan dan pemeliharaan akses vascular, emboli udara,ketidaktepatan konsentarsi / suhu dialisat.

a)      Mempertahankan lingkungan steril selama pemasukan kateter.

b)      Melakukan radiografi dada setelah pemasukan kateter kevena subklavia.

c)      Amati tanda pneumothorak, ketidakteraturan jantung, perdarahan hebat,dan periksa bunyi nafas bilateral.

d)     Ganti balutan kateter secara rutin sesuai kebijakan unit.

e)      Pastikan bahwa detektor udara telah terpasang dan berfungsi baik selama dialisis.

Awas Keputihan bisa Mengakibatkan Kematian dan Kemandulan

Masalah keputihan adalah masalah yang sejak lama menjadi persoalan bagi kaum wanita. Tidak banyak wanita yang tahu apa itu keputihan dan terkadang menganggap enteng persoalan keputihan pada wanita ini. Padahal keputihan tidak bisa dianggap enteng, karena akibat dari keputihan ini bisa sangat fatal bila lambat ditangani. Tidak hanya bisa mengakibatkan kemandulan dan hamil diluar kandungan, keputihan juga bisa merupakan gejala awal dari kanker leher rahim, yang bisa berujung pada kematian. Apa sebenarnya keputihan itu? Seperti apa ciri-cirinya? Dan bagaimana pencegahannya?

Menurut dr. Sugi Suhandi, spesialis Kebidanan dan Penyakit Kandungan RS Mitra Kemayoran Jakarta, keputihan (flour albus) adalah cairan yang berlebihan yang keluar dari vagina. Keputihan bisa bersifat fisiologis (dalam keadaan normal) namun bisa juga bersifat patologis (karena penyakit). Dan keputihan tidak mengenal batasan usia. Berapa pun usia seorang wanita, bisa terkena keputihan.
Keputihan fisiologis biasanya terjadi pada masa subur, juga sebelum dan sesudah menstruasi. “Kadang saat itu ada lendir yang berlebihan, itu normal. Dan biasanya tidak gatal dan tidak berbau,” jelas dr. Sugi. Sedangkan kalau keputihan patologis , adalah keputihan yang terjadi karena infeksi pada vagina, adanya benda asing dalam vagina atau karena keganasan. Infeksi bisa sebagai akibat dari bakteri, jamur atau protozoa. Ciri-ciri keputihan patologis , warnanya tidak seperti lendir. “Keputihan patologis biasanya, warnanya seperti kepala susu, atau hijau kekuning-kuningan, atau bahkan bercampur darah, kalau keputihannya sudah menjadi penyakit,” ujar dr. Sugi. Ketika keputihan sudah menjadi penyakit, wanita yang menderita keputihan patologis ini akan merasa gatal pada daerah vagina, dan lendir yang keluar berbau, sehingga menimbulkan rasa yang tidak nyaman.
Banyak hal sebenarnya yang membuat wanita rawan terkena keputihan patologis . Biasanya penyebab keputihan patologis ini karena kuman. “Di dalam vagina sebenarnya bukan tempat yang steril. Berbagai macam kuman ada di situ. Flora normal di dalam vagina membantu menjaga keasaman pH vagina, pada keadaan yang optimal. pH vagina seharusnya antara 3,5-5,5. flora normal ini bisa terganggu. Misalnya karena pemakaian antiseptik untuk daerah vagina bagian dalam. Ketidakseimbangan ini mengakibatkan tumbuhnya jamur dan kuman-kuman yang lain. Padahal adanya flora normal dibutuhkan untuk menekan tumbuhan yang lain itu untuk tidak tumbuh subur. Kalau keasaman dalam vagina berubah maka kuman-kuman lain dengan mudah akan tumbuh sehingga akibatnya bisa terjadi infeksi yang akhirnya menyebabkan keputihan, yang berbau, gatal, dan menimbulkan ketidaknyamanan,” papar dr. Sugi yang sore itu ditemui di RS Mitra Kemayoran.Begitu seorang wanita melakukan hubungan suami isteri, maka wanita tersebut terbuka sekali terhadap kuman-kuman yang berasal dari luar. Karena itu keputihan pun bisa didapat dari kuman penyebab penyakit kelamin yang mungkin dibawa oleh pasangan wanita tersebut. “Jadi sebaiknya jangan gonta ganti pasangan. Atau lebih baik tidak melakukan hubungan sampai menikah. Karena biasanya pada wanita yang belum pernah melakukan hubungan, dan hygienenya baik, jarang sekali kena keputihan patologis . Dan hati-hati, keputihan patologis juga bisa karena proses keganasan. Salah satu Tanda dari kanker leher rahim adalah, adanya keputihan yang berbau busuk bahkan berdarah,” papar dr. Sugi. “Pada wanita yang belum melakukan hubungan suami isteri, bisa juga terjadi keputihan. Namun penyebab keputihan bisa terjadi karena menggunakan celana dalam bersama, memakai handuk bersama, kurangnya menjaga kebersihan daerah vagina, lalu juga cara cebok yang salah,” tutur dr. Sugi.

Pemakaian sabun antiseptik yang sekarang banyak diiklankan, untuk daerah vagina, sebenarnya tidak masalah bila dipakai sebagai obat luar. Pembilasan vagina ( douchi ) dengan anti septik sebaiknya atas dasar indikasi bila terkena keputihan, sebaiknya ke dokter, daripada mengatasinya sendiri dengan obat-obatan antiseptik yang dimasukkan ke dalam vagina keputihan patologi harus diobati sesuai dengan penyebabnya,” ujar dr. Sugi.

Keputihan sebaiknya diobati sejak dini, begitu timbul gejala. Karena keputihan kalau sudah kronis dan berlangsung lama akan lebih susah diobati. Selain itu kalau keputihan yang dibiarkan bisa merembet ke rongga rahim kemudian kesaluran indung telur dan sampai ke indung telur dan akhirnya ke dalam rongga panggul. Tidak jarang wanita yang menderita keputihan yang kronis (bertahun-tahun) bisa menjadi mandul bahkan bisa berakibat kematian. “Berakibat kematian karena bisa mengakibatkan terjadinya kehamilan di luar kandungan. Kehamilan di luar kandungan, terjadi pendarahan, mengakibatkan kematian pada ibu-ibu,” tegas dr. Sugi. Selain itu yang harus diwaspadai, keputihan adalah gejala awal dari kanker mulut rahim. Jadi jangan sampai terlambat untuk tahu apa yang menjadi penyebab keputihan. Yang pasti jangan anggap remeh keputihan. Supaya kamu tidak menyesal di belakang hari nanti, karena akibat yang ditimbulkan oleh penyakit keputihan ini.

Yang Perlu di perhatikan mengenai keputihan ini adalah:

  • Cara membilas vagina yang benar, setelah habis buang air besar atau sehabis buang air kecil, sebaiknya membilas vagina dari arah depan ke belakang ke arah anus.
  • Keputihan fisiologis (normal), ciri-cirinya, lendirnya seperti lendir bening, Tidak gatal dan tidak berbau.
  • Keputihan patologis (karena penyakit), ciri-cirinya, warna lendirnya tidak bening lagi tetapi putih seperti kepala susu, bisa kuning kehijauan atau kecoklatan, bahkan bisa kemerahan karena adanya darah. Biasanya disertai rasa gatal, dan ada bau yang menyertainya.

Penyebab Keputihan Patologis (Karena Penyakit):

  • Infeksi yang di akibatkan oleh bakteri, jamur, atau protozoa
  • Keganasan kanker leher rahim
  • Benda asing didalam vagina ( misalnya : kondom yang tertinggal)

Cara mencegah keputihan:

  • Menjaga kebersihan daerah vagina
  • Membilas vagina dengan cara yang benar
  • Jangan suka tukar-tukaran celana dalam menggunakan celana dalam bersama dengan teman wanita lainnya
  • Jangan menggunakan handuk bersamaan ( suka tukar-tukaran handuk )
  • Lebih berhati – hati dalam menggunakan sarana toilet umum
  • Jalani Pola hidup sehat, cukup tidur, olah raga teratur, makan makanan dengan gizi yang seimbang
  • Hindari gonta ganti pasangan dalam berhubungan
  • Bagi wanita yang sudah melakukan hubungan suami isteri, setiap tahun harus melakukan papsmear untuk mendeteksi perangai sel-sel yang ada di mulut dan leher rahim. (Sumber : RS Mitra Kemayoran Jakarta)

keluh kesah di man3 “(^_^)”

keluh kesah di man3

Selama 2 tahun sekolah di Man 3 seneng seneng ajaaa.,memang sihh awalnya aneh tapi nggak nutup kemungkinan bisa bersosialisasi,berbagi ilmu dan bertukar pendapat ,cerita atau tempat ajang curhat ,,

Apalagi temen-temen disekolah  punya  ciri khas atau karakteristik yang bermacam-macam ,Entahlaaahh , ada yang tingakah lakunya cemas,mistis ,ngelawak,bergaya so cool ,tukang tidur juga ada dikelas (hahahha)bahkan ada yang bisa ngikutin ketawanya kuntilanak ,,pokoknya seru dehh

keluhannya ,kenapa ya guru kalo ngasihh tugass banyak banged ??? ,padahalkan tugas” dari pelajaran sebelumnya juga ada tugass.. udah gitu pulangnya jugaa sore ,kadang nihh badan ngerasa cape’ n pegel . udah gitu nihh besoqnya ulangan .. ALAMAAAK ,,

tapi kalo ngeluh soal pelajaran itu udah biasa dialami pelajar, makin banyak tugas…. makin sulit pelajarannya juga membuat guru-guru makin agak sedikit galaaak.. ayooo kejaar targettt!!!